XAMTHONE PLUS BANDUNG DAN JAWA BARAT


BANDUNG : AKHMAD YANI HP: 087822067787; Jl. Situ Lengkong No:15 Kel:Cijagra Rt:03 Rw:03 Kec:Lengkong Buah Batu, Bandung
BANDUNG : ASEP SAEFUDIN HP: 081572023453 TLP: 022-4211874; JL. JAWA NO:40 BANDUNG
INDRAMAYU : CONNI RAHARJA HP: 081802333678 TLP: (0234)271202 . Jl. Jendral A Yani No:105/D Indramayu
KOTA BANJAR PATROMAN : Asifudin Muhsin HP: 08567664321 Jl. Astana Rt/Rw: 04/03 Sukahurip Langensari Banjar JABAR

Senin, 11 Oktober 2010

ALERGI SPERMA

Bin Muhsin Powder Datse LollenSerbuk pucuk bunga kurma dipercaya manjur bisa mengatasi:* Kemandulan bagi suami istri* Menambah hormon laki-laki dan menambah jumlah serta mengentalkan sperma laki-laki* Menambah keharmonisan pasutri* Menambah stamina* Menambah kemampuan seksual* Mempermudah kehamilan secara ajaib Dapat dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com Situs resmi www.binmuhsinpowderdatselollen.blogspot.com UNTUK KOLSUNTASI DAN PEMESANAN SILAHKAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendsterbinmuhsin_group@yahoo.co.id
===

Ah,penyakit apa ini ? Dan bagaimana mendeteksinya ?

Memang agak sulit mengetahuinya. Tetapi, Anda perlu curiga jika mengalami kesulitan dalam memiliki keturunan. Apalagi jika dari hasil pemeriksaan dokter kandungan, kondisi Anda berdua termasuk normal.

Seperti yang pernah dialami oleh Ny. Santi, yang setelah tiga tahun menikah tak kunjung dikarunia anak. "Padahal kami tidak memakai KB. Kami juga tak ada masalah dalam berhubungan. Sudah berkali-kali kami coba, baik di waktu subur maupun tidak, tetap saja tak kunjung hamil?" keluhnya.

Setelah melakukan pemeriksaan lebih jauh, yaitu dengan memeriksa titer antibodi di dalam darah, barulah diketahui ternyata tubuh Santi membentuk antibodi terhadap sperma suaminya yang lebih dikenal dengan alergi sperma. "Pemeriksaan ini biasanya baru dilakukan bila sebelumnya pemeriksaan dari dokter kandungan dan ahli andrologi normal," terang dr. Tri Bowo Hasmoro, Sp.And, dari RSIA Hermina, Jakarta Timur.

MEMBENTUK ANTIBODI

Mengapa alergi sperma bisa terjadi? Menurut Tri Bowo, secara alami tubuh akan memberikan respon kekebalan (antibodi) terhadap benda asing (antigen) yang masuk ke dalamnya. Sistem kekebalan ini telah terbentuk sejak lahir.

Nah, sperma yang terdiri dari satuan-satuan protein dan polisakarida ini termasuk salah satu antigen. "Terpaparnya sistem kekebalan dengan antigen sperma akan menyebabkan produksi antibodi terhadap sperma."

Jadi, kata Tri Bowo, saat pertama masuk mungkin si wanita belum membentuk respon, tapi setelah beberapa kali, maka ia akan membentuk antibodi yang memberikan reaksi pada sperma yang masuk tersebut. Sehingga terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang menimbulkan rangsangan dan akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. "Semua wanita akan membuat antibodi ini, tapi tidak semua wanita akan membentuk sistem imun."

Pada saat sperma masuk ke dalam reproduksi wanita, sistem imun mengeluarkan sekresi antibodi terhadap sperma, sehingga terjadi hambatan gerak di dalam vagina. Akibatnya, sperma tersebut tidak akan mencapai sel telur. Memang, aku Tri Bowo, bisa saja ada yang lolos. "Nah, kalau ada satu saja yang lolos, bisa memungkinkan terjadinya kehamilan."

Sistem imun bisa terbentuk karena dalam hubungan seksual terjadi pelukaan-pelukaan di saluran genitalia yang menyebabkan lecet. "Sehingga sel darah putih keluar dan menyerang. Jadi, sistem imunnya dibangkitkan untuk membentuk antibodi terhadap sperma." Juga bisa terjadi kalau wanita sering keputihan atau infeksi di saluran vagina. "Hal-hal tersebut memungkinkan terjadinya antibodi terhadap sperma."

Dampaknya, sperma yang masuk tadi akan menggumpal. "Bila hal ini terjadi, sperma tidak bisa melanjutkan perjalanannya ke tuba dan bertemu sel telur untuk kemudian membuahi telur tersebut. Inilah yang disebut kemandulan. Yaitu kemandulan yang disebabkan sistem dalam tubuh wanita itu sendiri."

Terbentuknya antibodi terhadap sperma ini bukan cuma bisa terjadi pada wanita, tapi bisa pada si pria. "Jadi, pria pun bisa membentuk antibodi terhadap spermanya sendiri."

Produksi sperma pada testis, terang Tri Bowo, terjadi dalam tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus ini mempunyai lapisan sebagai pelindung terhadap proses produksi sperma (spermatogenesis), yang disebut sawar darah testis atau blood testis barier. "Lapisan pelindung ini mencegah supaya sperma yang sudah matang itu tidak kontak dengan sistem kekebalan tubuhnya. Sehingga mencegah adanya antibodi dari tubuh terhadap sperma sendiri tersebut."

Dan jika terjadi kerusakan pada lapisan tersebut, maka dapat merangsang sistem kekebalan untuk membentuk antibodi terhadap sperma. Si pria itu sendiri tidak akan merasakan jika selaputnya mengalami gangguan, "kecuali bila infeksinya itu membuat testisnya membengkak, misalnya, sehingga terasa nyeri." Bisa juga karena infeksinya terjadi saat ia masih kecil. Misalnya, saat kecil ia gondongan atau karena penyakit kelamin. "Dan hal itu mengakibatkan spermanya tidak ada atau sedikit."

Umumnya penyebab kerusakan pelindung tadi karena hal-hal seperti adanya trauma testis, torsi (pemuntiran di testis), biopsi atau tindakan operatif pada tumor, infeksi saluran genitalia pria (saluran reproduksi pria), entah karena kurang bersih atau penyakit karena hubungan seksual, sehingga membuat kerusakan pada jaringan testis.

"Karena ada kerusakan tersebut, otomatis sel darah putih dan sistem imun tubuh akan menyerang sperma sehingga akan terbentuk antibodi pada sperma." Dampak dari terbentuknya antibodi terhadap sperma sendiri ini adalah mempengaruhi kualitas sperma. Sperma jadi menggumpal. "Bahkan bisa juga mempengaruhi kuantitasnya, seperti spermanya jadi sedikit."

Walaupun spermanya sedikit, jika kualitasnya bagus, terang Tri Bowo, masih ada kemungkinan bisa menembus sel telur, dan akhirnya menjadi hamil. "Tapi kalau kualitasnya yang terganggu yaitu membentuk gumpalan, akan susah untuk menembus saluran reproduksi wanita. Karena gerakan sperma jadi terhambat."

BISA BERUBAH

Reaksi alergi ini tidak selalu sama pada masing-masing orang. Bisa menimbulkan pembengkakan lokal di vagina, panas dan gatal, bisa juga tidak menimbulkan reaksi apa-apa. Tetapi, reaksi semacam itu pun belum tentu karena sperma. "Bisa saja saat berhubungan suami menggunakan obat-obat poles agar ereksi. Nah, bisa timbul alergi jika istri tidak tahan terhadap obat-obatan tersebut."

Yang jelas, bila karena sperma, reaksi imun ini akan menyebar ke dalam serum/darah. Yang selanjutnya disekresikan ke dalam vagina. "Jadi bisa dilakukan pemeriksaan pada sekret vagina, serum, dan juga cairan mani, untuk menandakan adanya antibodi tersebut."

Namun demikian, ujar Tri Bowo, toh tidak semua wanita membentuk antibodi terhadap sperma. Dan tidak semua sperma merangsang terbentuknya antibodi pada wanita. "Jadi, tidak semua antigen mampu merangsang terbentuknya antibodi."

Meskipun kemungkinannya kecil bisa saja dengan suami pertama terjadi alergi, tapi dengan suami kedua tidak terjadi alergi, tergantung dari pelapisan sperma pada waktu proses spermatogenesis berlangsung. Bila antigennya tidak tinggi, tidak akan sampai merangsang antibodi istri. "Mungkin pada suami pertama, antigennya sangat tinggi, sehingga merangsang antibodi istri. Sedangkan pada suami kedua, istri tidak merespon terhadap antigen yang ada di sperma suami."

Begitu juga jika suami punya dua istri (jika keduanya subur). Dengan istri pertama tidak punya anak, sedang dengan istri kedua punya anak. "Hal ini mungkin terjadi karena sistem kekebalan istri pertama terlalu sensitif terhadap sperma suaminya. Sedangkan pada istri kedua, tidak terlalu sensitif terhadap sperma suaminya sehingga tidak membentuk antibodi."

ALTERNATIF PENGOBATAN

Alergi terhadap sperma ini perlu penanganan khusus untuk terjadi kehamilan. Salah satunya dengan cara mengurangi kuantitas hubungan atau mengunakan alat bantu kondom. "Agar vagina tidak terpapar sperma setiap kali melakukan hubungan intim. Sehingga rangsangan untuk terbentunya antibodi dapat dihindari. Sehinggga diharapkan antibodi ini akan mengalami penurunan," jelas Tri Bowo.

Kendati antibodi tersebut bisa menurun setelah lama tak terpapar sperma/antigen, tetapi jika nanti terpapar lagi mungkin akan menumbuhkan reaksi yang sama. "Jadi, setiap kali mau punya anak, ya, harus melakukan terapi yang sama tadi." Nah, bila terjadi kontak sperma lagi, diharapkan munculnya tidak setinggi dari awal. "Sehingga diharapkan salah satu sel sperma bisa lolos."

Jadi, jelaslah tak mungkin mengharapkan alergi ini hilang sama sekali. "Pasti akan terjadi antibodi karena antigennya sama. Kecuali jika antigennya berbeda, misalnya berganti suami. Mungkin bisa tidak terjadi alergi, karena pelapisan spermanya berbeda."

Memang, diakui Tri bowo, akan lebih sulit jika wanita yang membentuk antibodi terhadap sperma suami. "Karena sperma harus masuk ke vagina. Lain halnya jika antibodi ini terdapat pada suami. Asalkan ada sperma yang bergerak, jika penggumpalannya ringan, masih bisa lolos sampai ke sel telur."

Pengobatan alergi sperma ini tidak bisa dilakukan dengan cara desensitisasi (suntikan dengan ekstrak sperma ke tubuh penderita alergi). "Karena cairan mani itu sendiri mengandung berbagai zat. Nah, alerginya tersebut harus dilihat terhadap zat apa saja? Mungkin karena si suami banyak makan protein tertentu, sehingga terserap dalam zat-zat dalam air mani ini yang menyebabkan istri alergi."

Artinya jika alergi karena zat-zat makanan, maka ada kemungkinan akan terjadi perubahan. "Misalnya gizinya menjadi bagus maka akan terjadi perubahan pada spermanya."

Dengan demikian, ujar Tri Bowo, masalah infertilitas jangan dilihat hanya dari satu pihak, "harus dilihat secara keseluruhan. Tidak bisa hanya melihat pada wanita atau lelaki saja."

Jadi, tentu sikap saling menyalahkan bukanlah jalan keluarnya, Bu, Pak.

Indah Mulatsih . Ilustrasi : Pugoeh (nakita)

Terapi Kondom

Bila masalah terletak pada wanita, sebaiknya hubungan dilakukan dengan memakai kondom. Dengan demikian, tidak terjadi kontak dengan sperma. Terapi ini minimal dilakukan selama 6 bulan. "Kalau tidak kontak, otomatis antigennya tidak merangsang pembentukan antibodi," kataTri Bowo

Memang terapi ini tetap memungkinkan munculnya antibodi kembali. "Tetap dicoba dengan harapan penurunan antibodi dalam waktu singkat tersebut tidak akan menaik lagi. Siapa tahu sebelum meninggi kembali, saat berhubungan ada sperma yang bisa lolos sehingga memungkinkan untuk hamil."

Dalam waktu 6 bulan akan dilihat apakah titer antibodi istri ini mengalami penurunan atau tidak. Bila dalam waktu enam bulan tersebut, tidak timbul antibodi, maka terapi akan dilanjutkan dengan program inseminasi atau pencucian sperma. "Inseminasi sebaiknya dilakukan saat istri sedang subur. Sehingga bisa timbul kehamilan." Dan apabila titer antibodi istri sangat tinggi akan dilakukan terapi steroid atau terapi bayi tabung.

Indah

Aneka Terapi

Selain dengan terapi kondom, terapi pengobatan yang dilakukan antara lain:

* Terapi steroid
Yaitu menekan antibodi dengan obat-obatan. Dengan bentuk tablet atau suntikan.

* Pencucian sperma untuk terapi inseminasi
Terapi ini dilakukan bila kualitas sperma kurang baik. Caranya suami akan diminta melakukan masturbasi. Kemudian sperma tersebut ditampung dalam suatu wadah dan dilakukan pencucian di laboratorium. Setelah itu, dipilih yang bagus dan dimasukkan ke dalam rahim, sehingga sperma tersebut akan mencari sendiri sel telurnya.

* Teknologi reproduksi
Dengan menyuntikkan langsung sperma pada sel telur. Sel telur istri diambil dengan laparoskopi, kemudian sel sperma suami yang bergerak/hidup, langsung dimasukkan ke dalam sel telur tadi di laboratorium. Baru ditanamkan di rahim.

Indah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar